Indikator perdagangan memperlihatkan adanya perlambatan World Trade Volume (WTV) yang terus berlanjut. Saat ini telah terjadi trade diversion, namun penurunan ekspor akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-China tetap terjadi.
"Terdapat indikasi Supply Chain Shifting pada negara Asia yang tercermin dari peningkatan ekspor China ke negara- negara ASEAN dan peningkatan ekspor dari negara-negara ASEAN ke AS," tulis Bank Indonesia, dalam laporan Tinjauan Kebijakan Moneter TKM September 2019 yang dikutip Sabtu (28/9/2019)
Kabar buruk masih menghantui harga komoditas ekspor Indonesia. Sebagian besar komoditas ekspor Indonesia mengalami penurunan harga. Hanya terlihat harga karet yang sudah positif.
Berikut Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia :
Foto: Dok BI
|
Penurunan harga batu bara berpotensi lebih dalam akibat tingginya inventory, terutama India dan China dan penurunan permintaan global.
"Harga CPO juga berpotensi turun lebih besar karena perbaikan permintaan yang tidak setinggi perkiraan meski pasokan menurun seiring dengan kekeringan sejumlah wilayah karena El Nino," tulis BI.
Penurunan harga aluminium didorong oleh perbaikan pasokan seiring peningkatan pasokan dari Rusia (Rusal) dan Brazil (Alunorte) setelah embargo terhadap produsen tersebut dicabut.
Selain itu, penurunan harga aluminium juga disebabkan oleh penambahan kapasitas baru refinery aluminium di China.
"Harga komoditas logam lainnya juga masih dalam tren menurun seiring dengan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian pasar keuangan global yang pada gilirannya menyebabkan penurunan harga komoditas."
HALAMAN SELANJUTNYA >> Bagaimana Emas? (NEXT)
(dru)
https://ift.tt/2nkDOGl
September 28, 2019 at 02:57PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Emas Kinclong di Tengah Ramalan Buruk Batu Bara dan Sawit"
Post a Comment