
Penguatan yang dicatatkan oleh IHSG juga sejalan dengan performa mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga anteng di zona hijau. Indeks Shanghai menguat 0,93%, indeks Hang Seng menguat 0,48%, indeks Kospi naik 0,57%, indeks Nikkei naik 0,37%.
Hanya indeks Straits Times yang melemah 0,45% dikarenakan rilis data penjualan ritel Juni mengalami kontraksi 8,9% YoY, jauh dibandingkan konsensus pasar yang memproyeksi kenaikan 0,2% secara tahunan, dilansir Trading Economics.
Bursa saham utama Benua Kuning menguat didorong oleh sentimen harapan damai dagang Amerika Serikat (AS) dan China, serta rilis data ekspor terbaru Negeri Tirai Bambu.
Sebelum perdagangan menjelang akhir pekan ini, Jumat (9/8/2019) dibuka, cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia:
1.Bank BRI Turunkan Bunga Kredit 50bps
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) merespon kebijakan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dengan melakukan penyesuaian suku bunga. Penyesuaian ini dilakukan dengan menurunkan suku bunga kredit pada segmen kredit mikro, ritel dan konsumer hingga 50 basis poin (bps).
Direktur Utama Bank BRI Suprajarto mengungkapkan selain dengan digitalisasi proses kredit untuk mempercepat proses pelayanan kredit, BRI juga melakukan penyesuaian suku bunga. Sehingga dengan proses kredit yang cepat dan suku bunga yang murah tentunya dapat memberikan ruang pertumbuhan kredit yang lebih tinggi.
"Seperti yang diketahui, Bank BRI telah melakukan digitalisasi proses kredit sejak tahun 2018 lalu dengan aplikasi yang disebut BRISpot. Terobosan digital Bank BRI ini dinilai ampuh mengakselerasi proses pengajuan kredit mikro menjadi lebih cepat, efisien, paperless dan digital base," ujarnya, Kamis (8/8/2019).
2.Laba Ambruk 11,2%, Saham BJBR Anjlok Hingga 10%
Dalam beberapa waktu terakhir, saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) menjadi bulan-bulanan investor. Dalam periode 25 Juli 2019 hingga 6 Agustus 2019, harga saham Bank BJB ambruk hingga 10,67%, dari Rp 1.640/saham menjadi Rp 1.465/saham.
Memang, dalam dua hari perdagangan terakhir (7 & 8 Agustus) harga saham perusahaan bergerak naik. Namun, kenaikannya belum cukup untuk menutupi kekalahan yang sudah diderita pada hari-hari sebelumnya. Sepanjang tahun 2019, harga saham perusahaan sudah anjlok hingga 22,68%.
Faktor fundamental menjadi alasan dibalik undur dirinya investor dari saham bank BUMD milik pemerintah Provinsi Jawa Barat tersebut. Pada tanggal 25 Juli 2019, perusahaan merilis kinerja keuangan untuk periode semester I-2019.
Hasilnya, laba bersih perusahaan tercatat ambruk hingga 11,2% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 803 miliar. Pada semester I-2018, laba bersih perusahaan adalah senilai Rp 903 miliar.
3.AirAsia Rights Issue Akhir Tahun, 2 Sekuritas Jadi Arranger
PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) tengah merealisasikan rencana penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue sebagai salah satu upaya untuk menambah saham beredar di publik atau free float.
Sebanyak dua perusahaan sekuritas akan bertindak sebagai arranger dari aksi korporasi ini yakni PT Sinarmas Sekuritas dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia.
Head of Corporate Secretary AirAsia Indonesia Indah Permatasari Saugi mengatakan proses rights issue ini telah dimulai sejak Juli 2019. Dalam prosesnya, perusahaan masih membutuhkan tahapan seperti legal due diligence, audit laporan keuangan dan pelaksanaan laporan penilai.
4.Baru Listing 2 Bulan, Pieter Tanuri Jual Saham BOLA
Pemegang saham klub sepakbola Bali United yang melantai di bursa, PT Bali Peraga Bola belum lama ini mengumumkan melepas kepemilikan sahamnya di PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA). Padahal, Bali United baru mencatatkan saham perdana di BEI pada pertengahan Juni lalu.
Mengacu data Bursa Efek Indonesia, sebelum adanya transaksi ini, komposisi kepemilikan saham PT Bali Peraga Bola tercatat sebesar 13,83%. Bali Peraga Bola merupakan perusahaan yang dimiliki oleh Pieter Tanuri.
Pada 22 Juli 2019, Bali Peraga Bola melepas kepemilikan 333 juta saham Bali United dengan harga jual Rp 300 per saham. Alhasil, kepemilikan saham Bali Peraga terdilusi menjadi hanya 8,28% saja.
Dalam pengumuman yang terbaru yang disampaikan otoritas bursa, Selasa (6/8/2019) Bali Peraga kembali melego kepemilikan sahamnya sebesar 333 juta dengan harga penjualan Rp 300 per saham. Dengan demikian, saham Bali Peraga saat ini terdilusi menjadi hanya 2,73% atau sebanyak 164 juta lembar saham. Transaksi ini terjadi pada 29 Juli 2019. (hps/hps)
https://ift.tt/2TfzUuf
August 09, 2019 at 03:20PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BRI Pangkas Bunga Kredit hingga AirAsia Rights Issue"
Post a Comment