Search

Polemik Boeing: Larangan Terbang hingga Ditinggal Pelanggan

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyelidikan terhadap kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX 8 milik maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 yang jatuh dan menewaskan 189 orang di dalamnya pada bulan Oktober 2018 kembali ramai dibicarakan.

Hal ini terjadi setelah Administrasi Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat (AS) dan regulator lainnya di seluruh dunia menyelidiki dan melarang terbang model pesawat tersebut pekan lalu setelah mengalami kecelakaan lagi di Ethiopia pada 10 Maret.

Kecelakaan pesawat Boeing milik Ethiopians Airlines menewaskan 157 orang di dalamnya. Dua kecelakaan yang terjadi dalam kurun waktu kurang dari lima bulan itu bahkan diduga memiliki penyebab yang sama, yaitu pesawat menerima informasi sensor yang salah akibat komputer menginformasikan pesawat mengalami stall atau macet.


Posisi stall adalah kondisi ketika aliran udara di atas sayap pesawat terlalu lemah untuk menghasilkan daya angkat dan sulit membuatnya tetap terbang.


Akibat dari kecelakaan tersebut, puluhan maskapai dan negara di dunia melarang terbang atau dioperasikannya pesawat Boeing milik mereka.

Bahkan, pada Kamis (21/3/2019) PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengonfirmasi telah membatalkan pemesanan 49 unit pesawat Boeing 737 MAX 8-nya. Demikian disampaikan Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra dilansir dari detik.com, Kamis (21/3/2019).

"Kami sendiri sudah kirim surat ke McAllister (bos Boeing) kalau kami nyatakan untuk cancel 49 unit," ungkap Ari saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2019).

Ia mengungkapkan, masalah Boeing kini adalah kehilangan kepercayaan dari para konsumen Garuda Indonesia. Ari mengatakan penumpang maskapai itu sudah tidak ingin menumpang Boeing 737 MAX 8.

Polemik Boeing: Larangan Terbang hingga Ditinggal PelangganFoto: Infografis/Boeing 737 max 8 Dilarang Terbang/Edward Ricardo

Bahkan ternyata, ada hal lebih mencengangkan ditemukan dalam kecelakaan tersebut. Pesawat Boeing milik maskapai Ethiopian Airlines dan Lion Air dikabarkan tidak memiliki fitur keselamatan di kokpit mereka. Ini karena Boeing membebankan biaya tambahan untuk dapat menginstal fitur tersebut.

Padahal, menurut laporan New York Times yang dikutip CNBC International, fitur-fitur itu bisa membantu pilot mendeteksi informasi yang salah, yang menurut beberapa ahli mungkin berhubungan dengan kecelakaan pesawat.


Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 dan Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan penerbangan 302 adalah merek baru, tetapi tidak dilengkapi dengan indikator angle of attack atau indikator lampu peringatan (angle of attack disagree light).

"(Fitur keselamatan itu) penting, dan tidak terlalu mahal bagi maskapai untuk memasangnya," kata Bjorn Fehrm, analis di konsultan penerbangan Leeham kepada New York Times. "Boeing menjual fitur itu karena memang boleh. Tetapi fitur itu sangat penting untuk keselamatan," ujarnya.

(prm)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2WopZmt

March 25, 2019 at 03:14PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Polemik Boeing: Larangan Terbang hingga Ditinggal Pelanggan"

Post a Comment

Powered by Blogger.