
Kenaikan laba bersih anak usaha Grup Salim tersebut, disokong lonjakan pendapatan usaha yang tumbuh 26,31% YoY menjadi Rp 2,77 triliun dari tahun 2017 yang hanya sebesar Rp 2,49 triliun.
Lalu, jika ditelaah lebih dalam, usaha ROTI yang tumbuh paling signifikan tahun adalah penjualan kue. Kue buatan ROTI mencatatkan penjualan hingga Rp 120 miliar di tahun 2018, tumbuh 49.79% YoY.
Pasalnya, tahun 2018, masyarakat Indonesia memang mengkonsumsi roti ini lebih banyak dibanding tahun 2017. Hasil survei konsumsi tahunan yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik menuliskan bahwa konsumsi kue orang Indonesia tumbuh sekitar 6% YoY.
Lebih lanjut, penjualan tahun 2018 masih tetap didominasi oleh penjualan roti tawar dan roti manis yang tumbuh masing-masing sebesar 11,52% YoY dan 5,05% YoY. Penjualan roti tawar tahun lalu mencapai Rp 2,09 triliun, sedangkan roti manis senilai Rp 1,14 triliun.
Tidak hanya itu, pendapatan keuangan perusahaan juga tumbuh lebih dari dua kali lipat, menjadi Rp 67,71 miliar dari tahun 2017 yang hanya Rp 28,11 miliar. Pendapatan keuangan ROTI merupakan perolehan bunga yang diterima perusahaan atas investasi dari deposito berjangka.
Pertumbuhan pendapatan keuangan tahun lalu bisa jadi diperoleh dari kenaikan uang jaminan yang timbul sehubungan dengan perjanjian dengan distributor dan agen. Uang jaminan lalu ditempatkan sebagai deposito berjangka oleh perusahaan. Pada tahun 2018, perusahaan memperoleh uang jaminan sebesar Rp 547,48 miliar, naik sekitar 11%. (dwa/hps)
https://ift.tt/2XW9Vdi
March 15, 2019 at 12:57AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Laba Tumbuh 18%, Bagaimana Penjualan ROTI di Filipina?"
Post a Comment