Search

Euro Tetap Loyo Meski AS Diprediksi Resesi

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar euro masih tertekan terhadap dolar AS pada perdagangan Senin (25/3/19), meski Amerika Serikat (AS) diprediksi akan mengalami resesi. Pada pukul 11:19 WIB, kurs euro dihargai US$1.1298, setelah sempat turun ke level US$1,1288 di awal pembukaan hari ini.

Isu yang sedang hangat ini muncul setelah terjadi inversi yield obligasi di AS, tenor 3 tahun lebih tinggi dari tenor 10 tahun. Kali terakhir terjadi inversi, yakni bulan Januari 2017.

Sementara inversi yang terjadi saat ini muncul sejak Jumat lalu, dan masih terjadi hingga kini. Mengutip Reuters, yield obligasi AS tenor 3 tahun berada di level 2,453%, lebih tinggi dari tenor 10 tahun di level 2,437%.

Kemungkinan resesi yang dialami AS belum sanggup membuat euro menguat terhadap dolar. Mengingat Zona Euro juga terlebih dahulu diprediksi akan mengalami resesi. Italia, negara dengan perekonomian terbesar ketiga di Zona Euro telah mengalami resesi di akhir 2018 lalu.


Kecemasan akan meluasnya resesi di Zona Euro meningkat setelah rilis data aktivitas bisnis yang merupakan leading indicator kesehatan ekonomi menunjukkan pelambatan. Pada hari Jumat lalu, rilis data indeks aktivitas bisnis yang terdiri dari manufaktur dan jasa zona euro menunjukkan pelambatan signifikan.

ISH Markit, institusi yang mempublikasikan data tersebut, mengukur data itu dengan melakukan survei aktivitas purchasing manager yang disebut purchasing managers index (PMI). 

Indeks PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Jika angka dirilis di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau memburuknya aktivitas bisnis. Sementara di atas 50 menunjukkan peningkatan aktivitas atau ekspansi.

Data terakhir menunjukkan sektor manufaktur PMI Jerman berkontraksi (44,7) di bulan Maret, memburuk dari bulan sebelumnya sebesar 47,6. Sektor jasa meski masih berekspansi namun menunjukkan pelambatan, angka indeks bulan Maret dirilis 54,9 turun dari sebelumnya 55,3.]


Sementara Prancis, baik sektor manufaktur dan jasa kembali mengalami kontraksi di bulan Maret dibandingkan bulan lalu yang berekspansi. Data sektor manufaktur dirilis sebesar 49,8 vs sebelumnya 51,5, sektor jasa sebesar 48,7 vs sebelumnya 50,2.

Pelambatan yang terjadi di dua negara tersebut akan berdampak signifikan ke negara lainnya melihat  posisi Jerman dan Prancis merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Zona Euro.

Mengutip Reuters, dengan melihat data dari ISH Markit, pertumbuhan ekonomi Zona Euro di kuartal-I tahun ini akan tumbuh 0,2% sama dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang merupakan tingkat pertumbuhan terendah dalam empat tahun terakhir.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/prm)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2CBB1xj

March 25, 2019 at 07:06PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Euro Tetap Loyo Meski AS Diprediksi Resesi"

Post a Comment

Powered by Blogger.