Inversi merupakan yield tenor 3 tahun lebih tinggi dari tenor 10 tahun, kali terakhir terjadi pada Januari 2007, di akhir 2008 AS pun mengalami resesi.
Inversi terjadi ketika pelaku pasar melihat AS kemungkinan akan mengalami resesi, sehingga investor melepas obligasi jangka pendek yang membuat yield-nya naik dan masuk ke obligasi jangka panjang.
Kemungkinan AS mengalami resesi membuat pelaku pasar cemas, dan menjauhi aset-aset berisiko begitu juga aset-aset emerging market seperti Indonesia yang memukul nilai tukar rupiah.Pada pukul 10:00 WIB, rupiah melemah ke level 14.210/US$.
Jika terhadap dolar AS, rupiah mengalami tekanan, bagaimana terhadap dolar Australia?
Mata uang garuda ini ternyata juga melemah terhadap dolar Australia, setelah membukukan penguatan tiga hari beruntun hingga Jumat (22/3/19). Pada pukul 10:00 WIB 1 A$ dihargai sebesar Rp. 10.062,09 atau melemah sekitar 0,32% dibandingkan penutupan Jumat, mengutip kuotasi di investing.com.
Foto: Grafik Dolar Australis vs Rupiah (AUD/IDR) 1 Jam Sumber: investing.com
|
Sepanjang pekan lalu, rupiah hanya melemah sekali yakni pada hari Selasa (19/3/19), selebihnya rupiah terus berjaya terhadap dolar AS hingga menyentuh level terkuat dalam dua pekan terakhir.
Berikut tabel pergerakan dolar AS terhadap rupiah (AUD/IDR) sepanjang Maret.
Foto: Tabel Pergerakan Dolar Australia (AUDIDR) bulan Maret. Sumber: investing.com
|
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/hps)
https://ift.tt/2Fy66DJ
March 25, 2019 at 06:08PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ekonomi Global Melambat, Rupiah Loyo Lawan Dolar Australia"
Post a Comment