Search

Direkturnya Terjerat KPK, Begini Kinerja Krakatau Steel

Jakarta, CNBC Indonesia - PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) tengah menjadi sorotan setelah Direktur Produksi dan Teknologi Wisnu Kuncoro ditangkap Komosi Pemberantasan Korupsi (KPK) di rumahnya di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) City, Tangerang Selatan, Jumat (22/3/2019) sore.

Ia ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait pengadaan barang dan jasa di Krakatau Steel.

Direktur Utama KRAS Silmy Karim dalam konferensi pers, Minggu (24/3/2019), menegaskan permasalahan itu tidak akan memperlambat kinerja perusahaan.

"Tidak ada hambatan produksi. Kita sudah antisipasi langkah-langkah untuk menyikapi hal-hal yang tidak diinginkan untuk klarifikasi KPK, baik dalam hal menunjuk siapa Plt, dan sebagainya," tambahnya.


Lantas, bagaimana sebenarnya kinerja perusahaan baja pelat merah ini?

Dari sisi harga saham, KRAS yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia ditutup stagnan di posisi Rp 484 per lembar saham pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu sebelum kabar penangkapan itu terkuak.

Sejatinya bila menengok kinerja saham KRAS selama lima tahun terakhir, harga sahamnya sudah terkoreksi sebesar 3,41%.

Tampaknya hal tersebut tidak terlepas dari kinerja keuangan perusahaan yang dipandang tak memuaskan oleh sebagian investor.

Bagaimana tidak, sejak tahun 2013, perusahaan selalu mencatatkan kontraksi pendapatan. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Refinitiv, pada tahun 2013 pendapatan KRAS berkurang 8,87% YoY. Sedangkan paling parah pada tahun 2015 saat pendapatan perusahaan terkontraksi hingga 29,27% YoY.

Alhasil setidaknya sejak tahun 2013, dalam laporan keuangan tahunan, investor selalu melihat angka merah pada pos laba perusahaan. Bahkan pada tahun 2015, kerugian perusahaan mencapai US$ 320 juta.

Akan tetapi, sejak tahun 2015 pula, agaknya ada itikad dari internal perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya. Terlihat dari angka kerugian yang terus turun hingga saat ini.


Pada tahun 2017, kerugian perusahaan hanya sebesar US$ 81,7 juta. Sedangkan hingga kuartal III-2018, kerugian KRAS tercatat berada di posisi US$ 37,4 juta.

Artinya memang dampak efisiensi yang telah dilakukan oleh perusahaan sudah mulai dapat dilihat hasilnya.

Bila melihat margin laba kotor (Gross Profit Margin/GPM), memang sudah terjadi peningkatan. Pada tahun 2013, GPM perusahaan hanya sebesar 5%, sedangkan pada tahun 2017 sudah mencapai 15%. Sedangkan pada tahun 2018, hingga kuartal III, GPM perusahaan berada di kisaran 8,95%.

Bahkan berdasarkan materi public expose yang dirilis pada 4 Januari 2019 silam, PT Krakatau Steel mengatakan bahwa pabrik Blast Furnace telah beroperasi pada tanggal 20 Desember 2018 lalu. Manajemen perusahaan mengklaim operasi Blast Furnace dengan kapasitas produksi hot metal sebesar 1,2 juta ton/tahun dapat semakin menurunkan biaya produksi baja.


Potensi penghematan diklaim mencapai US$ 50/ton.

Dengan begini, masih ada harapan kinerja salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut akan semakin membaik di tahun 2019.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/prm)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2Omtl6y

March 24, 2019 at 09:58PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Direkturnya Terjerat KPK, Begini Kinerja Krakatau Steel"

Post a Comment

Powered by Blogger.