Menurut Thomas, memasuki era industri digital, pertumbuhan start up di Indonesia sangat pesat, namun mereka membutuhkan bantuan dan bimbingan agar dapat berkembang. Oleh karena itu, melalui RIF atau Regional Investment Forum, BKPM mengadakan berbagai kegiatan pendukung, seperti seminar, digital start up pitching, one-on-one meeting antara calon investor dengan start up, serta business clinic.
"Perkembangan industri start up yang cukup cepat ini harus segera direspons oleh pemerintah, terutama BKPM, sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi pelayanan dan pelaksanaan penanaman modal," jelas Thomas, di RIF, ICE-BSD, Tangerang Selatan, Senin (11/3/2019).
Ia melanjutkan, "Oleh karena itu, RIF tahun ini memang diharapkan menjadi meeting point bagi para investor, pelaku bisnis start up, pemerintah daerah, dan stakeholders terkait lainnya, sehingga perkembangan industri ini memiliki dampak yang maksimal bagi investasi Indonesia."
Berdasarkan pers rilis BKPM, riset Google dan Temasek menyebutkan; Indonesia memiliki market size ekonomi digital yang besar, mencapai US$ 27 miliar dan berpotensi menjadi US$ 100 miliar pada tahun 2025. Selain itu, aliran investasi asing per tahun yang berada di level US$ 20 sampai 25 miliar, 10%-nya merupakan sumbangan dari sektor ekonomi digital.
Melalui RIF yang sekaligus menjadi ajang promosi peluang investasi di Indonesia terutama untuk bidang ekonomi digital dan pariwisata, BKPM berharap dapat membuka jalur komunikasi antara pemda, calon investor, dan start up. Dengan demikian investasi di bidang ekonomi digital dan pariwisata bisa meningkat.
Simak video terkait langkah BKPM meluncurkan fase berikut OSS di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC] (miq/miq)
https://ift.tt/2u1o2Aa
March 11, 2019 at 07:29PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BKPM: RI Punya 2.070 Startup, Dari Fintech hingga E-Commerce"
Post a Comment