Java Fresh berdiri pada tahun 2014. Perusahaan ini bekerja sama secara langsung dengan petani di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa diantaranya seperti Sumatera Barat, Jawa Barat, Yogyakarta, Sulawesi dan Bali.
Sedikinya 3.000 petani telah bekerja sama dengan Java Fresh untuk memasok buah-buahan Indonesia yang segar, enak dan 100% alami. Tim Java Fresh hadir di pulau Jawa, di mana kantor dan rumah pengemasan berada di sana.
"Sebenarnya, pada awal itu background-nya kita bertiga berbeda. Nah kami melihat dan ngobrol-ngobrol soal mindset orang Indonesia tentang buah-buahan yang selalu impor dari China. Padahal kami berpikir buah Indonesia berpotensi bisa menjadi besar tapi bila kita serius lihat peluang itu bukan main-main untuk memasarkannya," ucap Margareta kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/3/2019).
Foto: Java Fresh (Instagram/Java Fresh)
|
Dia menuturkan alasan memilih bisnis ini lantaran Indonesia merupakan negara agraris. Tak mungkin ada yang mengalahkan hal ini. Sehingga peluang bisnis ini pun menjanjikan.
Adapun beberapa buah yang diandalkan Java Fresh adalah manggis, salak, jeruk purut, durian, dan sirsak. Hingga saat ini Java Fresh sudah berhasil mengekspor ke 16 negara, seperti Prancis, China, Australia, kawasan Timur Tengah, Singapura, dan Thailand.
Siapa sangka dari semula yang hanya memiliki tujuh orang karyawan, kini Java Fresh telah memiliki 200 orang karyawan. Java Fresh juga memberdayakan pekerja wanita untuk bagian pengemasan.
"Dampak lingkungan dan sosial menjadi yang terdepan dalam tujuan perusahaan ini. Sebanyak 100% buah alami kami dipasok dengan cara yang benar-benar transparan, sementara fokus sosial kami telah mengarahkan kami untuk memberdayakan pekerjaan perempuan di rumah pengemasan. Senang mengatakan bahwa tim sortir dan pengepakan sebagian besar diwakili oleh wanita," ucap Margareta.
Mengawali bisnis di bidang ekspor buah lokal, ternyata susah-susah gampang. Margareta dan tim berhasil mensuplai buah-buahan bahkan untuk 1 tahun.
"Indonesia belum dikenal sebagai eksportir buah. Jadi belum dikenal pasar buah khususnya buah tropis dan ini suatu kesempatan kami mengenalkan buah kita karena di negara lain juga enggak ada. Kita bisa menjamim supply tahun tahun penuh. Iklim kita luar biasa kerennya," kata dia.
Foto: Java Fresh (Instagram/Java Fresh)
|
Bekerja sama dengan petani
Tidak memiliki latar belakang di bidang pertanian, membuat trio pendiri Java Fresh belajar banyak soal buah-buahan. Beruntung mereka mendapatkan banyak informasi oleh para petani sehingga lambat laun mengerti tentang kualitas buah.
"Rasanya pertanian belum dianggap sesuatu yang keren sehingga enggak ada yang expert di bidang ini. Kami banyak belajar dari petani mereka semua punya informasi soal buah-buahan dan kita mengerti mindset buah-buahan," kata dia.
Margareta mengaku bahwa setelah belajar soal kualitas dan keinginan pasar. Dia juga sesekali memberikan edukasi kepada petani untuk hasil panen yang lebih baik.
Untuk pengiriman, Margareta mengaku berbeda-beda tergantung ketersediaan volume dan musim pada buah tersebut. Namun, dia memastikan bahwa masing-masing buah dikirim sebanyak 20 ton per bulannya.
Telah berjalan hampir 5 tahun, bisnis ini pun mengantongi omzet yang fantastis, yakni sekitar Rp 25 miliar hingga Rp 35 miliar per tahunnya. Bisnis ini pun terus tumbuh sekitar 40 persen setiap tahunnya.
"Nah untuk growth-nya kenceng sejauh ini sekitar 40 persen tahun," ungkapnya.
Java Fresh pun menargetkan untuk melebarkan bisnisnya hingga menguasai daerah Eropa lebih luas.
"Supaya itu juga siapa yang datang (masyarakat Indonesia) dan lihat buah dari Indonesia laris manis di pasar Eropa. Sehingga mereka lebih bisa menghargai hasil bumi Indonesia dan kami menargetkan buka pasar lebih banyak lagi di berbagai negara seperti Eropa Timur yang sulit menerima buah baru," kata dia.
Simak video terkait kisah Bagas Suratman, petani pinggiran Jakarta, di bawah ini.
(miq/miq)
https://ift.tt/2Y1XxbG
March 18, 2019 at 12:36AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bisnis Ekspor Buah Beromzet Rp 35 Miliar/Tahun, Mau?"
Post a Comment