Nilai utang kolektif telah meningkat secara stabil selama beberapa dekade, tetapi tiba-tiba melonjak pada tahun-tahun setelah krisis keuangan ketika pemerintah membuka keran keuangan demi memacu pertumbuhan.
Jumlah utang yang ditumpuk dalam delapan tahun Pemerintahan Presiden Barack Obama hampir sebanyak nilai yang dicatatkan selama 232 tahun sejarah negara itu.
Saat Obama menjabat, utang AS ada di US$10,6 triliun dan melonjak menjadi US$19,9 triliun di akhir pemerintahan. Berarti rata-rata US$1,16 triliun dalam setahun.
Di bawah Presiden Donald Trump, utang tersebut telah naik. Kenaikan sebesar US$2,06 triliun itu berarti penambahan sekitar US$991 miliar per tahun, atau sedikit di bawah catatan utang Obama.
Ada dua metrik yang relevan ketika membicarakan utang nasional.
![]() |
Salah satunya adalah persentase utang dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB). Ini adalah ukuran yang penting karena mengukur kemampuan pemerintah membayar utang melalui pertumbuhan.
Total utang dibandingkan dengan ekonomi masih cukup rendah selama beberapa dekade sampai mulai naik pada awal 1980-an, saat Presiden Ronald Reagan berjuang dalam Perang Dingin melawan bekas Uni Soviet.
Utang terhadap PDB adalah sekitar 30,6% ketika Reagan mulai menjabat pada tahun 1981, kemudian terus naik ke posisi puncak 65,3% pada pertengahan 1995, menurut data dari St Louis Federal Reserve.
Presiden Bill Clinton dan Kongres yang dikendalikan oleh Partai Republik pada akhirnya mengukir surplus pemerintah yang hanya berumur pendek, sehingga mengurangi kebutuhan untuk meminjam, dan tingkatnya turun menjadi 30,9% pada kuartal kedua tahun 2001.
![]() |
Dari sana, pinjaman untuk membiayai dua perang bersamaan dengan dua resesi membuat rasio utang terhadap PDB melesat hingga 77,3% pada saat Obama menjabat. Ketika masa jabatan Obama selesai, levelnya naik menjadi 103,6%.
Di bawah Trump, hanya ada sedikit kenaikan rasio utang terhadap PDB menjadi 104,1%.
Dalam rasio utang terhadap PDB, utang pemerintah naik dari 75% ketika Trump menjabat menjadi 76,4% di kuartal ketiga 2018. Sementara itu, rasio tersebut naik dari 47,5% pada awal masa Obama menjadi 75% ketika dia selesai.
Masa depan, bagaimanapun, adalah apa yang dikhawatirkan banyak ekonom.
Proyeksi terbaru dari Kantor Anggaran Kongres (CBO) menunjukkan bahwa utang pemerintah akan naik menjadi 93% terhadap PDB dalam 10 tahun ke depan, atau tertinggi sejak setelah akhir Perang Dunia II. Dari sana, level ini diperkirakan akan mencapai 150% pada tahun 2049, jauh di atas apa yang para ekonom anggap sebagai level yang sustainable.
Selain itu, jika kebijakan pajak saat ini tidak berubah, beban utang akan semakin buruk.
Penyebab utama utang publik adalah defisit anggaran, yang telah melonjak di bawah pemerintahan Trump meskipun CBO sekarang memperkirakan defisit menjadi US$1,2 triliun lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
CBO memperkirakan bahwa defisit tahunan akan mulai melampaui US$1 triliun pada tahun 2022, dari sekitar US$900 miliar pada tahun fiskal 2019.
Pemerintahan Trump mengatakan pertumbuhan ekonomi akan membayar tambahan utang dan beban defisit, tetapi sejauh ini hal itu belum terwujud meskipun PDB mengalami peningkatan tercepat dari masa pemulihan krisis.
Saksikan video mengenai cadangan devisa RI berikut ini.
(prm/prm)
http://bit.ly/2UZXI4K
February 15, 2019 at 09:21PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Wow, Utang AS Tembus Rp 311.228 Triliun!"
Post a Comment