Search

Diam-diam Dalam Sepekan Harga Minyak Naik 1,31%

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama sepekan ini, harga minyak mentah kembali membukukan kenaikan. Pada sesi perdagangan akhir pekan (22/2/2019), harga minyak jenis Brent kontrak April ditutup di level US$ 67,12/barel, yang mana telah naik 1,31% sejak akhir pekan lalu (15/2/2019).

Sedangkan harga minyak jenis lightsweet (WTI) dibukukan pada posisi US$ 57,07/barel ada akhir perdagangan Jumat kemarin (22/2/2019), yang mana telah terdongkrak 2,29% dalam sepekan.

Inisiatif OPEC dan Damai Dagang Jadi Kunci

Gerakan untuk mengurangi pasokan minyak dunia yang dipimpin oleh OPEC masih terus kuat menggiring pergerakan harga minyak ke atas pekan ini.

Optimisme pasar semakin membuncah kala OPEC telah menunjukkan kepatuhan pada perjanjian yang telah dibuat. Tercatat pada Januari, pengurangan pasokan minyak OPEC telah mencapai 797.000 barel/hari.

Bahkan, Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih minggu lalu mengatakan bahwa negerinya akan mengurangi produksi minyak lebih dalam hingga mencapai level 9,8 juta barel/hari pada Maret mendatang, seperti yang dilansir dari Finansial Times, mengutip Reuters.

Artinya, Negeri Padang Pasir tersebut sudah menunjukkan niat untuk secara sukarela menambah pengurangan produksi lebih dari 500.000 barel/hari.

Faktor kunci lain yang ikut memberi sokongan bagi harga minyak adalah sanksi Amerika Serikat (AS) atas Iran dan Venezuela.

Berdasarkan data pemantauan kapal yang didapat dari Refinitiv, rata-rata ekspor minyak Iran pada bulan Februari berada di level 1,25 juta barel.

Meskipun berada di atas ekspektasi pasar yang berada di bawah 1 juta barel/hari, namun jumlahnya telah jauh berkurang sejak mulai diberlakukannya sanksi AS atas program nuklir Negeri Persia pada April 2018.

Normalnya (sebelum ada sanksi) nilai ekspor minyak Iran setidaknya mencapai 2,5 juta barel/hari.

Untungnya lagi, optimisme damai dagang juga kian membuncah selama sepekan ini.

Reuters memberitakan bahwa AS dan China sudah mulai menyusun nota kesepahaman (MoU) untuk mengakhiri perang dagang antar kedua negara.

Delegasi kedua negara menyusun sebanyak enam nota kesepahaman yang mencakup berbagai isu yakni pemaksaan transfer teknologi dan pencurian kekayaan intelektual, hak kekayaan intelektual, sektor jasa, nilai tukar, agrikultur, dan halangan non-tarif (non-tariff barrier) di bidang perdagangan, menurut dua orang sumber yang mengetahui masalah tersebut, seperti dilansir dari Reuters.

Bahkan usai pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China, Liu He di Oval Office kemarin, kedua belah pihak setuju untuk memperpanjang waktu perundingan selama 2 hari.

Selain itu Trump juga mengonfirmasi rencananya untuk bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping bulan depan.

Bila damai dagang bisa cepat terealisasi, maka aktifitas ekonomi dunia yang tengah melambat dapat kembali digas. Akibatnya, permintaan enegi dapat ditingkatkan.

Perlambatan Ekonomi dan Meningkatnya Produksi Minyak AS Masih Menjadi Awan Kelabu

Namun demikian kekhawatiran akan berkurangnya permintaan energi dunia juga terus menghantui dan membebani harga minyak.

Di awal pekan (18/2/2019), hari ini China merilis data penjualan mobil periode Januari. Hasilnya, mudah ditebak, yaitu penjualan mobil tercatat turun sebesar 15,8% dibandingkan dengan Januari 2018 (YoY).

Penjualan mobil yang turun mengindikasikan bahwa kegiatan manufaktur Negeri Panda yang sedang lesu. Selain itu, permintaan akan bensin juga tidak akan tumbuh secara maksimal akibat dari pertumbuhan penggunaan mobil yang akan ikut terpangkas.

Tak lama berselang, pada hari Kamis (21/2/2019) pembacaan awal untuk data Nikkei Manufacturing PMI Jepang periode Februari diumumkan di level 48,5, lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 50,4, seperti dilansir dari Trading Economics.

Angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur Jepang mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Saat ekonomi dunia melambat, maka permintaan energi juga akan terpangkas.

Proyeksi Harga Minyak 2019
[Gambas:Video CNBC]

Selain itu, terus meningkatnya produksi minyak AS juga mengikis energi positif bagi pergerakan harga minyak.

Pada hari Kamis (21/2/2019), lembaga resmi pemerintah AS, Energi Information Administration (EIA) mengatakan bahwa produksi minyak Negeri Paman Sam kembali menembus rekor baru yaitu sebesar 12 juta barel/hari, dari rekor sebelumnya yang dicatat pada 11,9 juta barel/hari.

Terlebih lagi, inventori minyak mentahnya juga naik 3,7 juta barel untuk minggu yang berakhir pada 15 Februari.

Menyusul laporan EIA tersebut, Citibank di AS memprediksi bahwa produksi minyak AS akan menyentuh 13 juta barel/hari di akhir 2019.

Meningkatnya pasokan minyak kala permintaan turun bukan berita yang bagus bagi pelaku pasar. Pasalnya keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) akan menjadi timpang. 

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2IH5oYi

February 23, 2019 at 10:30PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Diam-diam Dalam Sepekan Harga Minyak Naik 1,31%"

Post a Comment

Powered by Blogger.