Terdapat beberapa angka usulan dari berbagai pihak namun masih belum ditetapkan. Aplikator Grab Cs mengusulkan angka Rp 1.600 per km dan driver mengusulkan Rp 3000 per km, ada juga usulan Rp 2.400/km. Bagaimana kalau Rp 2.500/km?
Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (GARDA) Indonesia Igun Wicaksono mengatakan, pihaknya setuju jika tarifnya nanti Rp 2.500/km, asalkan itu adalah tarif bersih tanpa ada potongan dari perusahaan aplikasi.
"Kami setuju Rp 2.500/km bersih (tidak ada potongan dari perusahaan aplikasi). Jika masih ada potongan dari perusahaan aplikasi, maka kami bertahan Rp 3.000/km," ujar Igun saat dihubungi CNBC Indonesia, Sabtu (16/3/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, pasalnya saat ini aplikator memotong biaya jasa dari pengemudi ojek online sebesar 20%, hal ini dinilai yang paling memberatkan dan menjadi dasar mengapa pengemudi ingin meminta kenaikan tarif per kilometernya.
Ketua Umum Asosiasi Driver Online (ADO) Christiansen FW Wagey kekeuh agar tarif ada di Rp 3.000/km. Malah, ia mengusulkan, daripada meributkan tarif, mengapa pemerintah tidak meminta aplikator untuk menurunkan potongan dari biaya jasa dari pengemudi ojek online.
"Sebenarnya sederhana, kalau aplikator tidak mau di angka Rp 3.000/km dengan alasan takut kehilangan penumpang, maka turunkanlah potongannya, jangan lagi mengurangi dari biaya operasional kendaraan kami," kata Christiansen kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Sabtu (16/3/2019).
"Kami meminta kepada Pemerintah, kenapa tidak meminta aplikator yang mengurangi potongan 20%. Kenapa biaya operasional kami yang dikurangi, apakah bensin bisa dikurangi ? Apakah biaya sparepart bisa dikurangi?" tambahnya.
Adapun, sebelumnya, Research Institute of Socio Economic Development (RISED) melakukan survei terhadap konsumen ojol. Hasil survei menyebut 45,83% responden menyatakan tarif ojol yang ada saat ini sudah sesuai. Dalam survei ini, asumsi tarif saat ini rata-rata adalah Rp 2.200 per km. Dengan nominal itu, sebanyak 28% responden lainnya mengaku tarif ojol saat ini sudah mahal dan sangat mahal.
Ketua Tim Peneliti RISED, Rumayya Batubara Ph.D, mengatakan, konsumen sangat sensitif terhadap segala kemungkinan peningkatan tarif. Hal ini terlihat dalam hasil survei.
"Kenaikan tarif ojek online berpotensi menurunkan permintaan konsumen hingga 71,12%," ujarnya dalam paparan hasil survei, dikutip CNBC Indonesia pada Rabu (13/3/2019).
Dia menjelaskan, jarak tempuh rata-rata konsumen adalah 8,8 km/hari. Dengan jarak tempuh sejauh itu, apabila terjadi kenaikan tarif dari Rp 2.200/km menjadi Rp 3.100/km (atau sebesar Rp 900/km), maka pengeluaran konsumen akan bertambah sebesar Rp 7.920/hari.
Karena itu, jika memang ada kenaikan, sebanyak 48,13% responden hanya mau mengeluarkan biaya tambahan kurang dari Rp 5.000/hari. Bahkan, sebanyak 23% responden tidak ingin mengeluarkan biaya tambahan sama sekali.
"Bertambahnya pengeluaran sebesar itu akan ditolak oleh kelompok konsumen yang tidak mau mengeluarkan biaya tambahan sama sekali, dan yang hanya ingin mengeluarkan biaya tambahan kurang dari Rp 5.000/hari. Total persentasenya mencapai 71,12%," imbuhnya.
Foto: Infografis/Ini Bocoran Draf Aturan Ojek Online yang Segera Berlaku/Arie Pratama
|
Simak Video Begini Nih Indikator Pengaturan Tarif Ojek Online Terbaru
[Gambas:Video CNBC]
(dru)
https://ift.tt/2TQQuDb
March 16, 2019 at 09:31PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tuntutan Driver Ojol: Tarif Rp 2500/Km Tanpa Potongan!"
Post a Comment