"Kaya bulan depan kita bikin perjalanan ke Jepang. Kan kita pengen ke Jepang nih tapi kita gak mau bayar, kita cari orang yang mau bayarin. Ngapain bayar sendiri ada yang mau bayarin kan," kata Tahti kepada CNBC Indonesia, Senin (11/3/2019).
Untuk biaya prejalanan ke Jepang, Tahti mengenakan biaya sebesar 9,5 juta rupiah. Biaya itu sudah termasuk tiket pulang-pergi, guide dan lainya. Sampai saat ini sudah ada 15 orang yang terdaftar.
Sebelumnya travel ini dibuka pada September 2018. Perjalanan ke Jepang adalah jasa pertama dari perjalanan travel yang dibuat oleh Tahti. Pendaftar ramai dari berbagai daerah seperti Pontianak, Palembang, Solo, dan Yogyakarta.
Cara pembayaran pun bisa dicicil dengan persyaratan bahwa sebelum h-1 bulan keberangkatan biaya sudah dapat dilunasi. Keberangkatan pertama bisnis travel ini akan dilakukan pada awal bulan April 2019.
Tak sampai di sana Tahti juga mendapatkan arus uang melalui iklan yang masuk di website streaming animenya. Bahkan ia pernah mendapati salah satu pemasang iklan yang berasal dari salah satu kandidat pilpres 2014.
"Dulu tim dia nge e-mail, kami mau memasang video kampanye selama satu minggu. Aku kira ini bohongan, dia tanya berapa tarifya. Aku asal sebut, sepuluh juta. Eh nggak ditawar, langsung deal. Tahu gitu kan tak naikin 40 (juta) gitu. Yaudah selama satu minggu aku dihujat sama lawannya. Ini website anime kok ada politik-politik," ucapnya.
Selain kandidat presiden, maskapai penerbangan seperti Air Asia dan Garuda Indonesia juga pernah beriklan di websitenya. Sampai iklan rokok pun juga pernah beriklan.
Untung hitungan per bulan pemasangan iklan bisa dikenakan tarif sebesar 15 juta rupiah untuk satu iklan. Pemasangan iklan beragam jangka masanya. Ada yang harian, mingguan, sampai bulanan. Tahti juga pernah mendapatkan pemasukan terbesar dari iklan.
"Dulu tahun 2015 itu pernah dapet 80 juta satu bulan. Nah itu lagi masa jaya-jayanya, langsung foya-foya kayanya beli motor sport. Itu masih muda sih jadi gak terkontrol," ucapnya sambil tertawa.
"Kalo misalnya dibilang yakin kita bilang yakin dengan pasarnya kita tinggal cari cara yang tepat untuk menjualnya. Kadang-kadang yang namanya bisnis gak cuma apa ya banyak ya caranya biar dapet revenue itu tantangan kita sediri. Kalo nekad mah ada unsur nekadnya. Tapi masih ada perhitunganya," lanjut Tahti.
![]() |
Sementara itu, Marco Armando (30) dari streaming anime berbayar bernama Ponimu mengatakan bahwa dirinya bisa mendapatkan keuntungan yang banyak bukan dari platform streaming. Karena orang-orang masih belum mau untuk membayar langganan untuk menonton anime.
Sistem pembayaran langganan anime di Ponimu adalah dengan pre-paid. Intinya pelanggan membayar uang di muka untuk berlangganan selama satu bulan. Grafik penonton di Ponimu terbilang positif karena menghasilkan 300 user baru tiap bulannya.
Ponimu juga mempunyai bisnis jual-beli lisensi sebagai pendapatan utama. Karena Marco melihat pasar pembeli anime berbayar tidak terlalu banyak.
"Pasarnya anime di Indonesia paling-paling 100 ribu. Yang niat beli itu ada 50 ribu. Dari 50 ribu itu kita sekarang udah punya 6.000 user jadi sebenernya kita udah nge-guide lebih dari 10 persen. Jadi sebetulnya cepet. Makanya orang Jepang gak da yang protes karena kita bisa menjangkau pasar," ungkap Marco di kantor Ponimu, Jakarta Barat, kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/3/2019).
Ponimu saat ini, menurut Marco, sedang tahap investing. Ia masih memakai koneksi selama di Jepang untuk menjual lisensi. Dari sanalah ia mendapat royalti yang menjadi passive income. Tidak ada pendapatan tetap per bulan karena semua bergantung pada kesepakatan dengan klien.
Marco enggan berbicara soal profit yang sudah didapat dan berapa lisensi yang harus dibayar ke pihak Jepang. Karena, menurutnya, itu bisa memberikan kompetitor terhadap kisi-kisi harga jual beli yang dilakukan.
![]() |
Ponimu saat ini beranggotakan 4 orang pekerja. Marco sebagai founder yang bertugas untuk mengelola hubungan jual-beli dengan Jepang. Rizki sebagai pengelola sosial media dan ilustrasi. Lazu sebagai translator. Dan satu orang lagi sebagai business development.
Sampai sejauh ini Ponimu belum mencapai penghasilan 100 juta dalam satu tahun yang merupakan pencapaian target bisnis yang dikemukakan oleh Marco. Pengeluaran paling besar bukan dari platform streaming, namun lebih pada ongkos individu dalam Ponimu.
"Kita ketemu sama siapa dan mau apa ke jepang itu main cost kita di situ. Jadi biaya besar bukan di streamingnya. Server juga sekarang nggak mahal kok paling gede 10 juta per bulan. Malah cost orangnya yang lebih mahal sih, cost transportasinya," kata Marco.
Meyakinkan orang Indonesia juga menjadi kendala karena banyak yang belum tahu soal anime.
"Untuk menjelaskan anime itu apa kita masih butuh effort. Mengapa ini menarik dan ada pasarnya, kita jelasin lagi dari awal. Anime tuh di Jepang seperti ini pasarnya begini. Itu yang jadi kendala utama sih. Meyakinkan orang awam tentang anime. Tapi itu saya rasa dari dulu begitu," ujarnya.
Simak video terkait layanan streaming oleh Apple di bawah ini.
(miq/miq)
https://ift.tt/2HzyFCc
March 17, 2019 at 03:45PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Punya Website Streaming Anime Bisa Untung Puluhan Juta Rupiah"
Post a Comment