
"Sekarang dikaji dulu lah, Inalum juga mau (ambil) kalau (kinerja Vale) bagus. Pokoknya kami kaji dulu, kalau Inalum fokus ke Vale, salah satu tujuan dibuat holding kan itu," ujar Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno saat dijumpai di Pekanbaru, Riau, Rabu (20/3/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, pembicaraan dengan Vale memang sudah dilakukan tapi hanya sebatas baru permulaan saja. Sebab, tutur Fajar, pihaknya menunggu lampu hijau dari Kementerian ESDM.
"Iya kalau seumpama dari ESDM bilang diakui sebagai divestasi atau silakan mulai divestasi, ya kami akan langsung bergerak, sama seperti dulu dengan Freeport kan," ujar Fajar.
Lalu, apakah mengambil saham divestasi Vale akan menambah beban Inalum? Mengingat perusahaan juga memiliki utang jangka panjang dalam penerbitan global bond yang digunakan untuk membeli saham Freeport.
Fajar meyakini hal tersebut tidak menjadi masalah. Malah, menurutnya, dengan mengambil saham divestasi Vale, Inalum bisa mendapatkan tambahan sumber pendapatan baru.
"Kenapa beban? Kan dia dapat revenue baru, sama dengan Freeport, kan kasih revenue juga buat dia (Inalum)," pungkas Fajar.
Sebelumnya, setelah PT Freeport Indonesia selesai melepas saham hingga menjadi 51% milik Indonesia, kini giliran PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang akan memulai divestasi. Namun, sampai saat ini, progres divestasi masih menggantung.
Kementerian BUMN pun sudah meminta Inalum untuk mempersiapkan diri, dan melakukan kajian-kajian untuk divestasi tersebut.
Direktur Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yunus Saifulhak mengatakan, Vale telah mengirim surat ke Menteri ESDM pada Desember 2018 soal rencana divestasi.
"Memberitahukan akan menawarkan sahamnya ke BUMN sebesar 20% dengan mekanisme rencana right issue," kata Yunus kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (29/1/2019).
Menurut Yunus, penawaran itu merupakan aksi korporasi biasa yang jadi bagian kewajiban divestasi Vale sebagaimana diatur dalam kontrak karya dan PP 77 Tahun 2014, yang jatuh tempo Oktober 2019.
Divestasinya sendiri sebenarnya belum jatuh tempo, dan jawaban yang bisa diberikan pemerintah maksimal adalah sesuai ketentuan berlaku, yakni sebelum Oktober nanti. Proses, kata dia, masih berlangsung sampai saat ini.
Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Inalum sedang menunggu penugasan dari pemerintah terkait divestasi Vale. Vale merupakan salah satu produsen nikel terkemuka di Indonesia.
"Nah nikel itu penting sekali untuk baterai di masa depan. Jadi kalau saya ditanya penting atau tidak? Ya penting. Tapi apakah mau diambil sahamnya atau tidak? Ya tergantung penugasan. Itu mesti tanya Ibu Menteri BUMN (Rini Soemarno)," ujar Budi, di Jakarta Jumat (1/2/2019).
Simak video divestasi Vale yang menggoda di bawah ini:
https://ift.tt/2HHGtBR
March 20, 2019 at 10:41PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BUMN Beri Sinyal Positif untuk Inalum Akuisisi Saham Vale"
Post a Comment