"Dari sembilan kelurahan yang paling parah di tiga kelurahan, yaitu Dobonsolo, Doyobaru, dan Hinekombo. Ini data sementara. (Jumlah korban) masih diperkirakan bertambah apalagi 43 orang masih hilang. Upaya sudah dilakukan baik TNI, Polri, dan relawan melakukan evakuasi. Sampai sekarang Tim SAR masih melakukan evakuasi," ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta, Senin (18/3/2019).
Sutopo lantas menjelaskan kronologi bencana banjir bandang di Sentani. Ia mengatakan, Gunung Cyclop merupakan kawasan cagar alam.
Kemudian pada Sabtu (16/3/2019) lalu, ada curah hujan yang sangat ekstrem 248,5 milimeter selama tujuh jam, yaitu pukul 17.00 hingga 24.00 WIT. Otomatis aliran yang ada tidak dapat tertampung semua.
"Adanya longsor karena karena proses alami di wilayah timur Sentani dan membentuk bendung alami yang jebol ketika hujan ekstrem," kata Sutopo.
![]() |
Dari sisi ulah manusia, ada kerusakan hutan akibat perambahan cagar alam oleh 43.030 (753 kk) sejak 2003. Kemudian terdapat penggunaan permukiman dan pertanian lahan kering seluas 2.415 hektare. Hal lain adalah penebangan pohon untuk pembukaan lahan, perumahan, dan kebutuhan serta adanya tambang galian C.
"Jadi penyebabnya ada dua. Kombinasi ulah manusia dan faktor alam," ujar Sutopo.
Simak video terkait Tol Ngawi-Kertosono di bawah ini.
(miq/gus)
https://ift.tt/2TcZiis
March 18, 2019 at 08:49PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Banjir Bandang Sentani Tewaskan 77 Orang, Ini Penyebabnya"
Post a Comment