Pada Kamis (21/2/2019) pukul 15:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.070. Rupiah melemah 0,25% dibandingkan posisi penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
Tengah hari tadi, rupiah sempat menipiskan pelemahannya menjadi hanya 0,07%. Namun ternyata tren positif itu tidak bertahan lama. Depresiasi rupiah malah tambah parah.
Pelemahan rupiah yang semakin dalam terjadi setelah BI mengumumkan suku bunga acuan, yang ditahan di 6%. Sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia.
Namun, sepertinya pasar mencermati komentar-komentar dari Gubernur BI Perry Warjiyo mengenai arah kebijakan moneter ke depan. Untuk bulan ini, BI sudah benar-benar meninggalkan kata hawkish.
Padahal pada bulan-bulan sebelumnya kata-kata seperti hawkish, preemtif, front loading, dan ahead the curve sering keluar dan seolah menjadi mantra. Pasar mengartikan BI akan agresif dan melanjutkan kebijakan moneter yang cenderung ketat.
Namun bulan ini mantra-mantra itu sudah tidak ada lagi. Ada kemungkinan pelaku pasar melihat peluang pengetatan moneter oleh BI semakin tipis. Peluang kenaikan BI 7 Day Reverse Repo Rate kian mengecil.
Meski Perry menyatakan daya tarik aset keuangan Indonesia tetap tinggi, tetapi tanpa kenaikan suku bunga acuan rasanya ada yang hambar. Kurang pemanis.
Oleh karena itu, rupiah mengalami tekanan jual. Depresiasi mata uang Tanah Air pun semakin dalam.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
(aji/aji)
https://ift.tt/2GAXDSa
February 21, 2019 at 10:35PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah Tambah Lemah Saat BI Tahan Bunga Acuan, Kebetulan?"
Post a Comment