
Penjualan ritel jatuh 1,2% di Desember dan merupakan penurunan bulanan terburuk sejak September 2009, menurut data Departemen Perdagangan AS. Angka penjualan ritel yang mengecualikan penjualan bensin juga turun 0,9%.
Produk domestik bruto (PDB) AS kemungkinan tumbuh 2,0% secara tahunan dalam tiga bulan terakhir tahun lalu berdasarkan angka penjualan ritel terbaru. Angka itu lebih lambat dari laju yang dihitung sebelumnya sebesar 2,6%, tulis ekonom J.P. Morgan Michael Feroli dalam sebuah catatan riset, dilansir dari Reuters.
Proyeksi yang lebih rendah itu merefleksikan kemungkinan perlambatan pertumbuhan belanja konsumen dalam tiga bulan terakhir tahun lalu menjadi 2,8% dari sebelumnya sebesar 3,8%, lanjutnya.
Data penjualan ritel dianggap mewakili sebagian besar komponen belanja rumah tangga dalam PDB. Apalagi, kuartal terakhir adalah musim liburan Natal dan tahun baru yang biasanya mencatat lonjakan konsumsi di AS.
Laporan penjualan ritel terbaru "secara seragam dan, dalam beberapa kasus, sangat lemah," tulis Feroli.
Sementara itu, para ekonom Barclays juga menurunkan proyeksi PDB kuartal keempat mereka menjadi 2,1% dari 2,8% yang diperkirakan sebelumnya.
Sebagai ekonomi terbesar di dunia, perlambatan ekonomi di AS akan memengaruhi negara-negara di seluruh dunia. Ekonomi AS yang melambat berarti lemahnya arus modal dari negara tersebut ke seluruh dunia, begitu juga dengan permintaan akan barang dan jasanya akibat melambatnya aktivitas ekonomi.
Saksikan video mengenai lesunya industri ritel di Indonesia.
(prm)
http://bit.ly/2SDjezN
February 15, 2019 at 06:39PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Penjualan Ritel Jeblok, Ekonomi AS Diramal Lesu"
Post a Comment