Diresmikan Jokowi pada 20 Desember 2018, Jalan Tol Trans Jawa mulai dibuka untuk umum sehari berselang. Melalui akun Twitternya, Jokowi melontarkan kata-kata penuh mimpi dan harapan kepada para pengikutnya.
"Dari Jakarta, Semarang, sampai Surabaya, ada pilihan rute liburan. Selain jalan biasa, ada jalan Tol Trans Jawa sambung menyambung 760 km. Jalanya mulus, pemandangannya indah: gunung, sawah, desa-desa, simpang susun, jembatan, kuliner lokal di rest area. Selamat berlibur."
![]() |
Suguhan bagi pelancong tidak sampai di sana. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memberikan mimpi tambahan saat menghadiri Indonesia Development & Bussines Summit New Construction Opportunity 2019 Beyond Infrastructures di Hotel Indonesia, Kempinski, Jakarta Selatan.
Ditemui di sela acara oleh wartawan CNBC Indonesia, Basuki memberi kabar bahwa pembangunan Tol Trans Jawa sisi selatan akan terkoneksi dengan Bandara New Yogyakarta Internasional Ariport (NYIA) di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Namun, sejak Jalan Tol Trans Jawa yang mulai berlaku penuh sejak 21 Januari 2019, ternyata banyak keluhan. Yang utama adalah keluhan seputar tarif Tol Trans Jawa yang begitu mahal.
DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) menuding tarif Jalan Tol Trans Jawa terlalu mahal. Wakil Ketua Umum DPP Aptrindo Kyatmaja Lookman bercerita pada CNBC Indonesia soal perjalanan angkutan barang Jakarta-Surabaya dengan gundah.
Truk berangkat dari Jakarta meggunakan tol lalu keluar di Gerbang Tol Cikampek. Untuk kemudian melanjutkan perjalanan hingga Surabaya melalui jalur pantai utara Jawa (Pantura). Kendala mahal pun perlu disiasati dengan jalur alternatif via Cirebon melalui Jalan Tol Kanci-Pejagan.
"Nah, kalau kita nanti mau total pakai tol, nanti total biaya perjalanan kita itu nambah sekitar Rp 1,2 juta hingga Rp 1,8 juta. Nah itukan mahal sekali. Jadi kita kebanyakan sih aklau angkutan barang gak pakai tol," kata Lookman di Jakarta (3/2/2019).
Mulai 21 Januari Kementerian PUPR memang mengenakan tarif baru Tol Trans Jawa setelah sebelumnya diresmikan pada 20 Desember 2018 oleh Presiden Jokowi dan digratiskan untuk mendukung libur Natal dan Tahun Baru. Untuk golongan V (truk dan angkutan sejenis) misalnya dari Jakarta-Surabaya dikenakan tarif sebesar Rp. 1.382.500.
Keluhan itu nampaknya bukan sesuatu yang besar bagi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Luhut berkelit soal tarif jalan Tol Trans Jawa yang mahal karena terlampau dini untuk menilai tarif yang baru diberlakukan pada pekan ketiga Januari 2019.
"Nanti akan dievalusi. Kan membangun itu mereka juga hitung. Revenue (pendapatan) yang didapat dengan investasi segitu. Itu enggak sembarang dibuat juga," kata Luhut pada Senin, 4 Februari 2019 lalu di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta.
![]() |
Pembelaan terhadap tarif Tol Trans Jawa yang mahal dilakukan oleh Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk Desi Arryani. Desi percaya dengan kabar tarif yang mahal, namun ia mendengar banyak pihak yang sangat senang dengan adanya Jalan Tol Trans Jawa karena kelancaran dan kecepatan akses.
Ia juga enggan berbicara banyak soal kemungkinan kompensasi tarif Tol Trans Jawa.
"Itu juga dari pemerintah deh. Kalau dari sisi kami kan ada investasi baru. Bagaimana terus dampaknya kalau da investasi baru, kan perubahan BPJT (Badan Pengatur Jalan Tol) dan seterusnya. Bagaimana pemerintah kan balik lagi ke beliau," ucapnya saat ditemui seusai RUPS JSMR di Jakarta (1/2/2019).
Simak video Menteri BUMN Rini Soemarno menelusuri Jalan Tol Trans Jawa di bawah ini.
http://bit.ly/2GkPeRT
February 05, 2019 at 11:00PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mimpi Jokowi dan Paradoks Jalan Tol Trans Jawa yang Mahal"
Post a Comment