Search

Menakar Peluang Bisnis Bike-Sharing, Bisa Cuan atau Buntung?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bike-sharing untuk kawasan tertutup seperti Monas dan Gelora Bung Karno bisa dilihat dari dua sisi.

Pertama dari operasional yang lebih mudah dan aman. Kedua sebagai test case sebelum nanti-nya digelar di kawasan terbuka.

Dari dua sudut pandang ini maka sistem bike-sharing akan memiliki nilai ekonomi yang mungkin dipandang sebelah mata karena perkembangannya akan sangat terbatas. Benarkah demikian?


Konsep bike-sharing masih sangat baru di Jakarta bahkan Indonesia. Pelaku bisnis perlu menunjukkan proof of concept guna meyakinkan pemerintah kota supaya mereka bisa berjalan.


"Karena alasan itu kawasan tertutup lebih terkontrol," tutur Research & Policy Manager Institute for Transportation & Development Policy Udayalaksmanakartiyasa Halim.

Mobilitas perkotaan memiliki tingkat kepadatan aktivitas yang sangat tinggi. Menurut kebutuhan tiap orang dalam menempuh perjalanan sekarang lebih beragam.

Salah satunya adalah perjalanan-perjalanan jarak pendek dan menengah. Disini bike-sharing mengisi kebutuhan perjalanan, antara berjalan kaki dan berkendara (motor/mobil). Model bisnis ini bernama Mobility as a Service.

Udaya menilai bahwa belum ada standar baku terkait kawasan terbuka untuk bike-sharing. Namun setidaknya terdapat dua kondisi. Pertama bahwa kawasan terbuka memiliki kepadatan aktivitas sehingga menimbulkan permintaan atas perjalanan pendek dan menengah.

Kedua adalah kemauan dari pihak pemerintah untuk mengakomodir moda transportasi ramah lingkungan seperti sepeda. Hal ini diperlukan untuk menjadikan bike-sharing sejalan dengan visi pembangunan kota.

Pendapat seiras juga disampaikan oleh Setiaji. Sumber CNBC Indonesia yang bekerja sebagai Kepala Unit Pelaksana Teknis Jakarta Smart City ini mengungkap bahwa kultur bike-sharing baik digunakan di kota besar.

Sebagai solusi untuk masyarakat yang menggunakan transportasi umum. Namun masalah umum yang dihadapi adalah akses infrastruktur yang belum menjangkau seluruh wilayah Indonesia.

"Kultur bike sharing akan lebih baik diimplementasikan di kota-kota besar di Indonesia. Menjadikan inovasi ini sebagai salah satu feeder transportasi umum di kota besar. Namun, salah satu permasalahanya adalah layanan transportasi umum yang belum menjangkau ke beberapa wilayah. Khususnya yang jauh dari jalan protokol," kata Setiaji pada CNBC Indonesia via WhatsApp (8/2/2019).

Untuk saat ini, hampir sebagian kota-kota besar di Indonesia sedang meningkatkan infrastruktur jalan secara bertahap. Jakarta saat ini, kata Setiaji, telah memiliki beberapa jalur sepeda dan jalur pedestrian.

Peningkatan infrastruktur ini dilakukan Pemprov DKI untuk mendukung Jakarta yang ramah transportasi umum. Ini salah satu cara untuk dapat mengurai kemacetan di Jakarta.

Berdasarkan percakapan langsung dengan Iwan Suryaputra di Gelora Bung Karno, terlihat bahwa GOWES tidak melihat ketiadaan infrastruktur jalan sepeda menjadi momok yang menakutkan. Ia malah berharap akan banyak masyarakat yang menggunakan bike-sharing. Sebagai Direktur start-up GOWES Iwan melihat bahwa perkembangan teknologi akan selalu berkembang. Perlu ditangkap sebagai opportunity.

"Dulu kita tidak berfikir untuk memanggil ojek melalui aplikasi. Sekarang kita sudah sama-sama tahu bahwa itu adalah hal yang biasa. Kedepanya pun bike-sharing bisa mendapatkan hal yang sama. Karena yang dulunya tidak ada, sekarang jalanya terbuka lebar. Jadi kita masih optimis dengan dukungan masyarakat dan pemerintah, kita masih punya jalan yang terbaik," kata Iwan Suyaputra (8/2/2019).

GOWES masih belum yakin untuk menaruh unit layanan sepedanya berjalan di kawasan terbuka. Karena sampai saat ini kawasan tertutup merupakan kawasan yang lebih aman.

Iwan merasa bahwa untuk mengoperasikan bike-sharing di Indonesia butuh pertimbangan keamanan. Tanpa restu dari pemerintah, GOWES tidak berani ambil resiko demi keselamatan pelanggan.

Sedangkan untuk kawasan tertutup dipilih karena tidak ramai lalu lintasnya. Soal keamanan memang modal utama dalam bisnis bike-sharing.

Tidak hanya bagi pegguna unit layanan. Namun juga kemanan bagi perusahaan sebagai penyedia unit. Tiap unit sepeda terpasang IoT (Internet of Things) yang berguna untuk keamanan dan pelacakan.

Iwan berkata bahwa unit layananya terintegrasi dengan Jakarta Smart City. Sehingga keberadaan sepeda dapat dimonitor oleh perusahaan maupun pemerintah.

"Kita menggunakan pelacak yang disebut IoT di tiap unit. Selain melacak, fungsi lainya adalah alarm anti maling, juru sensor, cek suhu, dan lainya. Kita bisa memonitor siapa dan jam berapa orang itu dari aplikasi. Data ini kita share ke Pemerintah Kota Jakarta, yang terkoneksi dengan Jakarta Smart City," ucapnya. (hps)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2SoyX0I

February 23, 2019 at 09:22PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Menakar Peluang Bisnis Bike-Sharing, Bisa Cuan atau Buntung?"

Post a Comment

Powered by Blogger.