
Mengawali pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,88%. Nilai transaksi tercatat Rp 8,13 triliun, lumayan jauh di bawah rata-rata harian sejak awal tahun yaitu Rp 10,59 triliun.
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 0,11% di perdagangan pasar spot. Depresiasi rupiah menipis jelang penutupan perdagangan, sehingga tidak menyandang 'gelar' sebagai mata uang terlemah di Asia.
Pasar keuangan Asia agak galau akibat kembalinya keperkasaan dolar AS. Mata uang Negeri Paman Sam menjadi menarik akibat rilis data ketenagakerjaan.
Pada Januari 2019, penciptaan lapangan kerja di Negeri Paman Sam mencapai 304.000. Ini menjadi angka tertinggi sejak Februari tahun lalu dan jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan tambahan 165.000.
Perekonomian AS selalu berhasil menciptakan lapangan kerja baru dalam 100 bulan terakhir. Ini menggambarkan perekonomian AS tetap menggeliat, masih bisa tumbuh kuat meski memang ada perlambatan.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar kembali meyakini bahwa The Federal Reserves/The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuan pada 2019, meski tidak seagresif tahun sebelumnya. Masih ada peluang Jerome 'Jay' Powell menaikkan suku bunga acuan setidaknya dua kali menuju target median 2,8% pada akhir tahun.
Dilandasi potensi kenaikan Federal Funds Rate, dolar AS menemukan kembali keperkasaannya. Kenaikan suku bunga akan membuat berinvestasi di dolar AS menguntungkan, karena ekspektasi inflasi akan terjangkar sehingga nilai mata uang tidak tergerus.
Arus modal pun kembali ke pelukan dolar AS. Pada 4 Februari, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) menguat 0,29%.
Hasilnya jelas, pasar keuangan Benua Kuning kehilangan pasokan 'darah'. Ditambah dengan investor yang kurang bergairah karena jelang Tahun Baru Imlek, pelemahan menjadi tema besar di Asia, termasuk Indonesia.
http://bit.ly/2TwE681
February 06, 2019 at 12:45PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kunci Hari Ini: Pidato Trump dan Data Pertumbuhan Ekonomi"
Post a Comment