Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini, Jumat (15/2/2019), merilis data perdagangan internasional periode Januari 2019. Ekspor dilaporkan turun sebesar 4,7% YoY, sementara impor juga turun 1,83% YoY. Alhasil, defisit neraca dagang Januari mencapai US$ 1,16 miliar, lebih besar dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan defisit mencapai US$ 925,5 juta.
Rupiah di pasar spot pada akhirnya juga tertekan, hingga pukul 11:00 WIB rupiah terdepresiasi 0,18% ke level Rp 14.100 per AS$. Tekanan pada rupiah juga didapat dari kenaikan harga minyak, melansir data tradingeconomics minyak mentah berjenis brent berada di level AS$64 per barrel hingga berita ini di muat, angka tersebut naik 4,56% dibandingkan minggu lalu.
Akibatnya, sektor keuangan yang didominasi perbankan jadi terbebani dan melemah 0,36% dengan sumbangan 6,9 poin pelemahan bagi IHSG. Sedangkan sektor pertambangan juga melemah meskipun ada sentimen positif dari kenaikan harga minyak.
Anjloknya harga batu bara dalam sepekan yang mencapai 4,69% menjadi biang keladi sulitnya sektor tampang naik level.
Secara teknikal, IHSG menunjukan tanda-tanda akan berakhir di teritori negatif. pola short black candle dengan menembus level terendahnya kemarin mengindikasikan lanjutan pola penurunan pada koreksi tren minor IHSG.
![]() |
Level penghalang penurunan (support) bagi IHSG berada pada level 6.375. Sedangkan penguatannya akan cenderung terbatas (resistance) pada level 6.425.
TIM RISET CNBC INDONESIA (yam/hps)
http://bit.ly/2BCAWJf
February 15, 2019 at 08:43PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jelang Akhir Pekan, IHSG Berpotensi Berakhir di Zona Merah"
Post a Comment