Search

Investasi Asing Bakal Semakin Jeblok Tanpa Startup Unicorn

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menyampaikan arus modal yang masuk ke ekonomi digital dan sektor e-commerce atau startup menopang investasi internasional dalam 5 tahun terakhir. Pasalnya, investasi internasional dalam 5 tahun terakhir mengalami penurunan.

"Arus modal masuk ke ekonomi digital dan sektor e-commerce adalah satu dari dua sektor yang menyelamatkan investasi internasional," kata Thomas Lembong dalam Forum Merdeka Barat 9 di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Selasa (26/2/2019).

Lembong menjelaskan, investasi internasional ditopang oleh dua sektor. Selain e-commerce, investasi internasional lainnya ditopang oleh investasi pada smelter atau pabrik pemurnian logam, terutama nikel. 


Unicorn yang paling terkemuka, lanjut Thomas, paling terkenal dengan nilai valuasi yang luar biasa. Namun demikian, menurut Thomas, unicorn itu seolah menjadi puncak dari gunung es. Artinya, meskipun terkenal, di bawahnya ada perusahaan-perusahaan dengan nilai valuasi yang lebih kecil. 

"Meskipun mereka yang paling terkenal di bawahnya ada puluhan perusahaan lagi yang tidak terlalu kecil. Valuasi ya masih ratusan miliar atau triliunan, belum sampai Rp14 triliun tapi sudah mulai signifikan," lanjut Thomas. 

Di era serba digital ini, menurut Thomas, hampir semua permasalahan bisa diatasi dengan teknologi. Dia mencontohkan, di Kementerian Perdagangan (Kemendag) dulu setiap lima tahun selalu ramai dengan harga produk pertanian. Namun sekarang semua teratasi dengan aplikasi bernama TaniHub. Sehingga petani dan konsumen bisa negosiasi tanpa ada perantara. 

Selain kuantitas, kata Thomas, dalam investasi pada e-commerce juga harus diperhatikan kualitasnya. Kualitas tersebut diantaranya investasi itu mampu menciptakan lapangan kerja. Pasalnya, terdapat juga investasi besar tapi di proyek padat modal sehingga tidak banyak ciptakan lapangan kerja. Sementara,  ada juga investasi kecil menciptakan lapangan kerja.

Investasi Asing Bakal Semakin Jeblok Tanpa Startup UnicornFoto: Aristya Rahadian Krisabella

Kriteria lainnya, investasi itu juga harus mampu membawa inovasi teknologi. Menurut Thomas, semua kriteria tersebut sudah dipenuhi oleh e-commerce atau start up. "Buat saya, platform online ini sudah berjasa memindahkan ratusan ribu UMKM atau pekerja dari sektor informal ke sektor formal," katanya.

Thomas mencontohkan, supir ojek dulu bekerja di sektor informal. Mereka beroperasi tanpa standar, tidak bayar pajak dan tidak dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN). Ketika Gojek dan Grab mulai masuk, lanjutnya, ratusan ribu tukang ojek langsung tercatat. Alhasil, ada PPN yang ditarik dari mereka.

"Setahu saya platform seperti Gojek, Grab, Bukalapak atau Tokopedia itu sekarang setiap tahun menyetor ratusan miliar rupiah ke Dirjen pajak, PPN yang mereka pungut," ucap Thomas. 

Sebelumnya, BKPM melaporkan total realisasi investasi sepanjang 2018 mencapai Rp 721,3 triliun. Dibandingkan dengan target realisasiinvestasiRPJMN, jumlah investasi tersebut hanya tercapai 94,3% atautidakmencapat target.


Tidak tercapainya target tersebut disebabkan oleh turunnya realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 8,8% menjadi Rp 392,7 triliun dari total realisasi PMA di tahun 2017 sebesar Rp 430,5 triliun.

Saksikan video tentang strategi Jokowi dan Sri Mulyani dalam kembangkan startup di bawah ini:

(roy/roy)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2tFvWyR

February 27, 2019 at 02:47AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Investasi Asing Bakal Semakin Jeblok Tanpa Startup Unicorn"

Post a Comment

Powered by Blogger.