Search

Tinggalkan Kata 'Hawkish', Akankah BI Turunkan Suku Bunga?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali menahan bunga acuan di level 6% sejalan dengan upaya untuk menjaga stabilitas eksternal dan defisit transaksi berjalan, Kamis (21/2/2019).

Bank sentral juga meninggalkan kata "hawkish" saat ditanya mengenai stance atau arah kebijakan moneternya ke depan. Padahal, dalam konferensi pers bulan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa stance bank sentral masih hawkish.


Kalangan analis saat berbincang dengan CNBC Indonesia mengungkapkan pandangan yang beragam. Ada yang memperkirakan peluang bank sentral menaikkan bunga masih tetap terbuka namun tak sedikit juga yang menilai bahwa ada ruang bagi BI untuk menurunkan bunga

Kepala Ekonom CIMB Niaga Adrian Panggabean menilai bank sentral masih memiliki ruang untuk menaikkan bunga acuan, setidaknya satu kali pada tahun ini.

"Pertengahan tahun kelihatannya. [...] Turun enggak bisa karena prospek CAD masih di kisaran 2,5% dari PDB, alias masih membuka ruang melemahnya rupiah," kata Adrian, Kamis.

Hal senada diungkapkan ekonomi Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan Ananka dalam catatan risetnya yang diterima CNBC Indonesia.


Keduanya yakin BI tidak akan segera meninggalkan stance hawkish-nya karena menurunkan suku bunga terlalu cepat dapat membuka "Kotak Pandora" yang berisi berbagai masalah baru bagi otoritas moneter.

"Memangkas suku bunga mungkin terlihat menggoda saat para central banker dari AS hingga China berada dalam situasi yang dovish," tulis Satria dan Ananka.

"Namun, melakukan hal itu bisa menjadi kontraproduktif bagi aset-aset dalam denominasi rupiah," tambahnya.

Keduanya juga menggarisbawahi kondisi CAD yang masih lebar membuat rupiah masih rentan terhadap tekanan depresiasi. Selain itu, makin kecilnya selisih suku bunga bisa membuat investor asing melepas aset-aset rupiahnya.

Tinggalkan Kata 'Hawkish', Akankah BI Turunkan Suku Bunga?Foto: Bank Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristanto)

Namun, pendapat berbeda justru disampaikan oleh Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual. Menurut dia, peluang bank sentral menaikkan bunga justru telah tertutup rapat-rapat.

Justru, kata David, bank sentral lebih berpeluang menurunkan bunga acuan, ketimbang menaikkan bunga lantaran pernyataan The Fed yang dovish dari hasil notulen Federal Open Market Committe (FOMC).

"[Bunga acuan] naik belum, tapi mengarah turun. Ini pun tergantung eksternal," jelasnya.


David memandang BI lebih berpeluang menahan bunga acuannya sebagai upaya menjaga defisit transaksi berjalan, minimal mampu mencapai target 2,5% dari produk domestik bruto (PDB).

BI, sambung dia, memang berpeluang menurunkan bunga acuan. Namun, hal tersebut akan tetap bergantung pada data-data perekonomian domestik sepanjang tahun ini.

"Saya pikir di semester I belum akan menaikkan bunga, tapi kalau misalnya CAD bisa turun, di bawah 2,5%, bisa saja menurunkan [bunga]. Selain itu, kalau growth turun di bawah 4,9%," jelasnya.

"Memang kelihatanya BI tak lagi hawkish, tapi netral. Ada perubahan mendasar dari The Fed yang berbalik 180 derajat dari sikapnya di Desember," tegas David.

Saksikan video mengenai peluang BI turunkan bunga acuan berikut ini.

[Gambas:Video CNBC]

(prm/prm)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2GUbwu0

February 22, 2019 at 12:34AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tinggalkan Kata 'Hawkish', Akankah BI Turunkan Suku Bunga?"

Post a Comment

Powered by Blogger.