Search

Masih Labil, Tapi Harga Batu Bara Naik 0,21% Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga batu bara selama sepekan ini cenderung terbatas.

Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (22/2/2019), harga batu bara Newcastle kontrak Februari ditutup di posisi US% 95,02/metrik ton, yang mana turun 0,16% dari hari sebelumnya.

Namun secara mingguan, harga batu bara tercatat menguat 0,21% secara point-to-point, atau naik US$ 0,2 sejak akhir pekan sebelumnya (15/2/2019).

Masih kuatnya isu perlambatan ekonomi dunia membuat harga batu bara tak dapat berbuat banyak.

Pada hari Selasa (19/2/2019), Jepang mengumumkan nilai ekspor yang anjlok 8,4% YoY pada periode Januari 2019. Bahkan penurunan nilai ekspor tersebut jauh lebih dalam dibanding konsensus pasar yang memprediksi terjadinya kontraksi sebesar 5,5%.

Bahkan perlambatan ekspor tersebut merupakan yang terparah dalam lebih dari 2 tahun.

Lagi-lagi alasannya adalah turunnya permintaan dari China.

Turunnya nilai ekspor Jepang menandakan bahwa kegiatan ekonomi, terutama dari sektor manufaktur di Negeri Sakura tengah mengalami perlambatan. Dengan begitu, investor menjadi makin khawatir permintaan batu bara akan terus berkurang.

Seperti yang diketahui, Jepang merupakan importir batu bara terbesar di dunia dengan volume impor mencapai 190,8 juta ton di tahun 2017.

Selain itu, isu pengetatan impor batu bara asal Australia di China juga memberi tekanan bagi pergerakan harga komoditas ini.

Pada hari Senin (18/2/2019), Reuters mengabarkan bahwa pialang asal China menghentikan sementara pembelian batu bara dari Australia.

Sebab, waktu pemeriksaan di Bea Cukai China bertambah hingga dua kali lipat, hingga setidaknya 40 hari untuk batu bara yang masuk dari Australia.

Para pelaku pasar mengatakan bahwa hanya kapal kargo yang berasal dari Negeri Kanguru yang terdampak kebijakan tersebut.

"Kami telah menghentikan pesanan batu bara dari Australia karena masih belum tahu sampai kapan pembatasan [impor] tetap berlaku," kata seorang manger sebuah perusahaan dagang di Shanghai yang biasanya membeli 400.000 ton batu bara Australia setiap bulan, mengutip Reuters.

Menyusul kabar tersebut, pada hari Kamis (21/2/2019), Reuters kembali mengabarkan bahwa Bea Cukai China di Pelabuhan Dalian bagian utara telah memblokir impor batu bara asal Negeri Kanguru, berdasarkan pernyataan dari pejabat di grup pelabuhan Dalian.

Lebih lanjut, pejabat tersebut juga mengatakan bahwa 5 pelabuhan yang berada di bawah pengawasan pabean Dalian, yaitu Dalian, Bayuquan, Panjin, Dandong, dan Beiliang, tidak akan meloloskan batu bara Australia yang masuk. Namun, batu bara asal Indonesia dan Rusia tidak akan terdampak kebijakan tersebut.

Pelabuhan-pelabuhan tersebut merupakan gerbang masuk dari 14 juta ton batu bara impor, yang setengahnya berasal dari Australia, kata analis Orient Futures, Gu Meng, mengutip Reuters.

Pemblokiran tersebut ternyata sudah efektif berlaku sejak awal Februari dan masih belum ditentukan kapan akan berakhir.

Namun pada hari Jumat (22/2/2019), China membantah kabar tersebut. "Pelabuhan-pelabuhan China menerima deklarasi impor batu bara dari semua negara termasuk Australia," kata Geng dalam sebuah briefing rutin.

Geng juga mengatakan bahwa pabean China telah meningkatkan upaya untuk menganalisis dan memantau kualitas dan keamanan batu bara impor dalam beberapa tahun terakhir karena produknya terkadang gagal memenuhi standar lingkungan.

Selain itu duta besar Australia di China juga dikabarkan telah diperintahkan untuk mencari klarifikasi resmi terkait masalah tersebut.

Namun, setidaknya aura positif damai dagang Amerika Serikat (AS)-China bisa memberikan dorongan bagi harga komoditas ekspor andalan Indonesia ini.

Perundingan dagang yang berlangsung pekan ini nampaknya berjalan ke arah yang positif.

Bahkan dikabarkan bahwa kedua negara telah menyusun suatu nota kesepahaman yang membuka jalan bagi damai dagang yang permanen.

Selain itu, pasca pertemuan antara Presiden AS, Donald Trump dan Wakil Perdana Menteri China, Liu He kemarin, keduanya bersepakat untuk memperpanjang waktu dialog selama 2 hari.

Bila arus perdagangan kedua raksasa ekonomi dunia kembali lancar, maka perekonomian seluruh dunia juga bisa memanas.

Akibatnya, permintaan akan energi yang besar disumbang oleh batu bara bisa ikut terkerek naik.

TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2tyktRB

February 23, 2019 at 11:37PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Masih Labil, Tapi Harga Batu Bara Naik 0,21% Pekan Ini"

Post a Comment

Powered by Blogger.