Search

Cegah Gejolak Ekonomi, Bappenas: Bangun Industri Manufaktur

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan, Indonesia harus segera pindah dari sektor komoditas ke sektor manufaktur. Pasalnya, harga komoditas memiliki volatilitas tinggi sehingga sangat rentan bagi pertumbuhan ekonomi bila Indonesia bergantung pada sektor komoditas.

"Kita harus segera berpindah ke sektor manufaktur dari sektor komoditas. Sekarang ini porsi kontribusi manufaktur terus mengalami penurunan dan termasuk yang terendah di ASEAN. Tiongkok, Malaysia, Korea dan Thailand mereka data ekspornya kebanyakan dikontribusi manufaktur," kata Bambang dalam acara peluncuran buku laporan Kebijakan untuk Mendukung Pembangunan Sektor Manufaktur di Indonesia 2020-2024 bersama ADB, Jumat (8/2/2019).

Menurut Bambang, di era penurunan harga komoditas yang rendah saat ini sektor manufaktur harus dilihat sebagai alternatif. Malaysia, lanjut Bambang, bisa bertahan di tengah ketidakpastian global karena ekspornya tidak hanya bertumpu pada komoditas, tapi juga manufaktur.


Begitu juga dengan Thailand yang mulai masuk sektor otomotif. Korea Selatan juga termasuk negara yang berkembang karena sektor manufaktur. "Ini contoh sederhana bahwa manufaktur bisa membawa kesejahteraan negara," ujar Bambang.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut investasi di industri pengolahan non-migas (manufaktur) hanya Rp226,18 triliun sepanjang 2018 atau turun 17,69% dari capaian 2017 sebesar Rp274,8 triliun.

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang diolah Kemenperin menyebut, investasi sektor manufaktur pada 2017 juga merosot dari tahun 2016 capai Rp335,8 triliun. Padahal pada tahun-tahun sebelumnya, investasi sektor manufaktur selalu tumbuh.

Rendahnya daya saing Indonesia, menurut Bambang, disebabkan produktivitas Indonesia tidak punya banyak memiliki value added. Bambang memaparkan, setidaknya sejak 2013 hingga 2016 indeks kompleksitas ekonomi Indonesia kian turun. Pada 2013, Indonesia ada di peringkat 62, 2014 di peringkat 53, 2015 di peringkat 58 dan 59 di tahun 2016.

"Value added produksi kita sangat rendah. Kita masih butuh banyak kebijakan dan support untuk menaikan daya saing. Data terakhir menyebut indeks kompleksitas manufaktur kita rendah dari 2013," katanya.

Meningkatkan daya saing di sektor manufaktur, menurut Bambang, bukan berarti Indonesia harus menguasai seluruh lini dari produksi bisnis manufaktur. Indonesia bisa berkontribusi dengan memproduksi bagian dari otomotif.

"Tidak bisa juga kalau kita kuasai semuanya. Kita akan kalah saing dengan negara lain. Yang harus kita lakukan kita harus pilih bagian mana, misalnya, dari kendaraan yang bisa diproduksi dominan oleh Indonesia. Maka brand-brand tertentu bisa menggunakan brand dari Indonesia," katanya.

Saksikan video Manufaktur Indonesia Masih Kecanduan Impor :

[Gambas:Video CNBC]

(dob)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2Gwc0WQ

February 08, 2019 at 08:03PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Cegah Gejolak Ekonomi, Bappenas: Bangun Industri Manufaktur"

Post a Comment

Powered by Blogger.